Friday, March 12, 2010

Tamansiswa Wadah Intelektualitas awal Abad XX


Perguruan Tamansiswa melalui pendidikan ingin membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan yang dirasa telah sangat menekan rakyat. Perguruan Tamansiswa ini berhaluan anti kolonialisme, hal ini tercermin dalam tujuan pendidikan nasional Tamansiswa. Salah satu tujuan Tamansiswa ialah untuk menjadikan anak didik berjiwa merdeka lahir batin, luhur akal budi serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab.[1]

Pendidikan yang ada di Indonesia pada masa kebangkitan nasional sangat didominasi oleh sistem pendidikan kolonial. Dimana dalam pengajaran itu menggunakan budaya-budaya barat yang sangat tidak sesuai dengan budaya-budaya lokal yang ada. Regering, tucht, dan orde (perintah, hukuman dan ketertiban) ialah yang menjadi dasar-dasar pendidikan Barat.[2] Sehingga rakyat merasa sangat ditekan oleh kebijakan pemerintah kolonial ini. Ditambah lagi dengan biaya yang dibebankan bagi pelajar sangat tinggi.

Adanya kebutuhan akan pendidikan dan pengajaran bagi rakyat makin lama semakin bertambah besar. Pada zaman Belanda hal ini sebenarnya sudah tampak, walaupun hanya ada di kota-kota.

Sejak adanya politik etis, maka di daerah Hindia Belanda diperkenalkan suatu sistem pendidikan Barat, tetapi pemerintah hanya menyediakan dalam jumlah kecil, sehingga kebutuhan pendidikan sangat kurang. Pada masa ini, pendidikan hanya diberikan kepada sebagian kecil rakyat yang kelak dipersiapkan menjadi pelayan-pelayan dalam usahanya para kolonisator.[3] Mengingat pada waktu itu yang dibutuhkan pemerintah Hindia Belanda ialah tenaga kerja murah.

Berdirinya Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922 ini menjadi awal baru perjuangan Indonesia melalui pendidikan. Taman Siswa kemudian berkembang menjadi wadah intelektualitas masyarakat yang peduli akan nilai-nilai pendidikan dan kebudayaan.

[1]Hariyadi, Sistem Among: Dari Sistem Pendidikan ke Sistem Sosial. (Yogyakarta: Majelis Luhur Tamansiswa, 1985), hlm. 22.

[2] Madjelis Luhur Taman Siswa, Karya Ki Hajar Dewantara. (Yogyakarta: Madjelis Luhur Taman Siswa, 1961) , hlm. 13.

[3] ibid. hlm. 215

0 comments:

Related Posts with Thumbnails
 

About

Text

Recycle Posts Copyright © 2009 Communityiwanul