Friday, April 16, 2010

Hujan Meteor Lyrids Mulai Turun


Hujan meteor Lyrids akan turun mulai malam ini hingga 26 April 2010. Fenomena tahunan itu bisa disaksikan di seluruh Indonesia selepas tengah malam.

Menurut peneliti utama astronomi dan astrofisika di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin, masa puncak hujan meteor terjadi pada 21-22 April. Saat itu, diperkirakan ada 10-20 meteor yang muncul setiap jam.

"Biasanya pada saat-saat tertentu terjadi lonjakan meteor, tapi tahun ini normal," katanya, Kamis (15/4/2010). Meteor dari komet Tatcher tersebut mulai diketahui astronom sejak 2600 tahun lalu.

Hujan meteor itu akan turun dekat rasi Lyra. Letaknya berada di antara horison hingga atas langit sebelah timur laut. Dengan kondisi cuaca yang mulai memasukim musim kemarau, ditandai dengan hujan yang jarang turun, kata dia, kemungkinan besar hujan meteor itu bisa disaksikan tanpa dihalangi awan selepas pukul 01.00 dinihari hingga menjelang subuh.

Hujan meteor itu bisa disaksikan dengan jelas oleh penduduk bumi di belahan utara. Di Indonesia yang berada di khatulistiwa, kata astronom dari Observatorium Bosscha Evan Irawan Akbar, kemungkinan agak sulit dilihat. "Posisinya dekat horison, mungkin agak terhalang pepohonan," katanya. Sebelum dan sesudah masa puncaknya, jumlah meteor yang jatuh diperkirakan hanya sebuah tiap jam.

Bagi para astronom, hujan meteor dari komet yang muncul tiap 415 tahun dekat bumi ini dianggap biasa. Hujan meteor itu berasal dari lapisan es komet yang mencair ketika orbitnya dekat dengan matahari. Partikel debu, es, dan batu yang terlepas itu terbakar di atmosfir sebelum jatuh ke bumi.

Menurut Evan, tahun ini ada 11 hujan meteor yang besar termasuk Lyrids. Setiap tahun, bumi disiram sekitar 25 ribu ton debu angkasa.


Tip Mengabadikan Hujan Meteor
Bayangkan betapa nikmatnya menatap langit malam yang beku, tapi tiba-tiba dihiasi 200-300 meteor berjatuhan. Ya, siapa mau melupakan momen hujan meteor yang tak terlupakan. Setiap gerakan cahaya begitu mempesona.



Fenomena alam ini memang kerap terjadi, hampir saban tahun Tapi, amat sayang dilewatkan apalagi tak ditangkap dengan kamera atau handycam. Inilah tipsnya:

Jangan lupa kamera, baik untuk pemotretan atau video. Sangat dianjurkan untuk menggunakan tripod. Selain bisa meredam getaran dan goyang, tangan juga tidak pegal mengarahkan kamera terus menerus ke atas.

Sebelum mengarahkan kamera ke langit cek terlebih dulu kepekaan cahaya atau sering disebut ISO atau ASA. Bisa menggunakan asa rendah untuk mendapatkan efek gerak atau asa tinggi untuk bisa membekukan obyek dan mendapat hasil yang maksmal, asa rendah antara 100-500 dan asa tinggi pada 800-3.200 (tergantung kemampuan kamera dan kondisi yang terjadi). Untuk kamera digital jangan ragu untuk mengubah-ubah asa untuk mendapatkan hasil terbaik.



Untuk kamera video, jangan lupa mengatur white balance, agar mendapatkan warna sesuai atau mendekati kenyataan. Caranya dengan menaruh kertas putih di depan kamera dan direkam beberapa menit. Untuk kamera foto digital, bisa dilakukan white balance dengan beberapa kali menjepret ke kertas putih beberapa kali.

Jangan lupa berdoa semoga tidak mendung dan langit cerah. Selamat mencoba.

sumber : Tempo

0 comments:

Related Posts with Thumbnails
 

About

Text

Recycle Posts Copyright © 2009 Communityiwanul