IM

Tuesday, June 15, 2010

Do'a Memohon Ilmu yg Bermanfaat



DO’A MEMOHON ILMU YANG BERMANFAAT

oleh : Ustadz Abu Islama Imanuddin, Lc

Do’a dari Al-Qur`an :

((رَبِّ زِدْنِي عِلْماً))

"Duhai Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."

(QS. Thaha : 114)

Do’a dari Sunnah Rasulullah :


((اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً))

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal, dan amal yang diterima.”[1]


((اَللَّهُمَّ انْفَعْنِيْ بِمَا عَلَّمْتَنِيْ وَعَلِّمْنِيْ مَا يَنْفَعُنِيْ وَزِدْنِيْ عِلْمًا))

“Ya Allah, berikanlah manfaat kepadaku dengan apa-apa yang Engkau ajarkan kepadaku, dan ajarkanlah aku apa-apa yang bermanfaat bagiku dan tambahkanlah ilmu kepadaku.”[2]


((اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعْ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعْ وَمِنْ نَفْسٍ لاَتَشْبَعْ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ ُيْستَجَابُ لَهُ))

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusu’, nafsu yang tidak pernah puas, dan do’a yang tidak dikabulkan.”[3]



[1] Hadits Shahih. Diriwayatkan oleh al-Humaidi (1/143) no. 299, Ahmad (6/322), Ibnu Majah no. 925).

[2] Hadits Shahih. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi no. 3599 dan Ibnu Majah no. 251, 3833 dari Sahabat Abu Hurairah.

[3] Hadits Shahih. Diriwayatkan oleh Muslim no. 2722 dan An-Nasaa-i (8/260) dari Sahabat Zaid bin al-Arqam.

lihat :
http://diajengshita.multiply.com
http://kaeshafiz.wordpress.com

Friday, June 11, 2010

Fakta Final Piala Dunia

1966 Inggris ; Inggris 4–2 Jerman Barat
1970 Meksiko ; Brazil 4–1 Italia
1974 Jerman Barat ; Jerman Barat 2–1 Belanda
1978 Argentina ; Argentina 3–1 Belanda
1982 Spanyol ; Italia 3-1 Jerman Barat
1986 Meksiko ; Argentina 3-2 Jerman Barat
1990 Italia ; Jerman Barat 1-0 Argentina
1994 AS ; Brasil 3–2 Italia
1998 Prancis ; Prancis 3–0 Brasil
2002 Korsel/Jepang ; Brazil 2–0 Jerman
2006 Jerman ; Italia 5-3 Prancis (fmh)

Tuesday, June 8, 2010

Zionisme

Zionisme merupakan gerakan Yahudi Internasional. Istilah zionis pertama kali dipakai oleh perintis kebudayaan Yahudi, Mathias Acher (1864-1937), dan gerakan ini diorganisasi oleh beberapa tokoh Yahudi antara lain Dr. Theodor Herzl dan Dr. Chaim Weizmann. Dr. Theodor Herzl menyusun doktrin Zionisme sejak 1882 yang kemudian disistematisasikan dalam bukunya "Der Judenstaat" (Negara Yahudi) (1896). Doktrin ini dikonkritkan melalui Kongres Zionis Sedunia pertama di Basel, Swiss, tahun 1897. Setelah berdirinya negara Israel pada tanggal 15 Mei 1948, maka tujuan kaum zionis berubah menjadi pembela negara baru ini.


Silsilah Yahudi
Untuk mengetahui sejarah Yahudi harus membicarakan nabi Ibrahim as. Nabi Ibrahim disebut sebagai imam agama moneistik (Tauhid), yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. Nabi Ibrahim berasal dari Babylonia, anak seorang pemahat patung istana bernama Azar. Beliau menentang penyembahan patung yang menyebabkannya dihukum bakar, tapi Allah menyelamatkannya. Beliau, bersama Sarah isterinya, hijrah ke Kanaan (Palestina Selatan), kemudian pergi ke Mesir dan menetap di sana sementara waktu karena di Kanaan terjadi paceklik.

Usia Nabi Ibrahim semakin menginjak usia senja, tapi belum juga dikaruniai anak. Kemudian beliau menikahi—atas perkenaan Sarah—seorang wanita cantik bernama Hajar. Sebenarnya Hajar adalah wanita merdeka, bukan seorang budak. Ia adalah anak dari Raja Mesir, Fir’aun (Syaikh Shafiyyur-rahman Al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, 1997: 28). Kemudian beliau sekeluarga meninggalkan Mesir kembali ke Palestina.

Di Palestina, lahir anak dari Hajar bernama Ismail. Sarah merasa cemburu dan meminta agar Nabi Ibrahim menjauhkan mereka darinya. Allah membimbing Nabi Ibrahim menuju lembah tandus dan gersang, yaitu Makkah; daerah yang belum dihuni manusia satu pun. Nabi Ibrahim membekali keduanya dengan wadah air dan korma kemudian kembali ke Kanaan. Setelah bekal dan air telah habis, tiba-tiba air Zamzam memancar berkat karunia Allah. Nabi Ibrahim mengunjungi Nabi Ismail dan Hajar sebanyak empat kali. Pada pertemuan ketiga mereka sepakat membangun Ka’bah (Ibid., h. 29-30). Dari keturunan Nabi Ismail as. inilah lahir nabi penghujung zaman, yaitu Nabi Muhammad Saw.

Nabi Ibrahim dikaruniai anak dari Sarah yang bernama Ishaq. Kemudian Nabi Ishaq as. dikaruniai anak bernama Yaqub, yang digelari dengan Israel. Nabi Yaqub as. mempunyai dua isteri dan 12 anak. Dari isteri pertama lahir dua anak (nabi Yusuf as. dan Benyamin), sedangkan dari isteri kedua lahir sepuluh orang anak. Yaqub lebih mencintai Nabi Yusuf as. daripada anak-anaknya yang lain. Sehingga mereka bersepakat untuk melenyapkan nabi Yusuf as. Tapi Allah menyelamatkannya dan membawanya ke Mesir, pusat peradaban waktu itu. Di sana beliau menjadi menteri untuk menanggulangi ancaman kelaparan. Keturunan nabi Yaqub (Israel) berkembang biak di Mesir dan terbagi menjadi dua belas suku.

Dari keturuan Yaqub lahir Nabi Dawud as. (David) yang menjadi raja kerajaan Judea Samaria. Kemudian digantikan oleh anaknya, Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman as., membawa bangsa Yahudi ke zaman keemasan. Yerussalem dibangun pada dataran di atas bukit Zion dan menjadi pusat kota serta didirikan tempat ibadah yang megah. Orang Arab menyebutnya Haikal Sulaiman (Kuil Sulaiman, Solomon Temple), al-Masjid al-Aqsa, dan al-bait al-Maqdis.
Akibat kesombongan kaum Yahudi (Israel), Allah murka dan mengazab mereka. Akhirnya kerajaan mereka hancur dan mereka mengalami pengusiran demi pengusiran, penyiksaan serta perbudakan. Allah menurunkan Nabi Isa as. untuk memberikan peringatan kepada kaum Yahudi agar hidup sesuai dengan ajaran Allah.

Ideologi Zionisme
Ideologi zionis menyatakan bahwa bangsa Yahudi adalah “bangsa pilihan” dan Bani Israil lebih unggul dari manusia yang lain. Lebih dari itu, kaum zionis merasa berhak melakukan kekejaman atas bangsa lain. Idiologi rasis ini masuk ke dalam agenda dunia di akhir-akhir abad ke sembilan belas oleh Theodor Herzl (1860-1904), seorang wartawan Yahudi asal Austria.

Herzl dan teman-temannya membuat propaganda menjadikan kaum Yahudi sebagai ras terpisah dari Eropa. Pemisahan ini tidak akan berhasil jika mereka masih hidup “serumah” dengan masyarakat Eropa. Karena itu, membangun tanah air kaum Yahudi menjadi sangat penting. Theodor Herzl, sang pendiri zionisme, mulanya memilih Uganda. Kemudian Sang Zionis memutuskan untuk memilih Palestina. Alasannya, Palestina dianggap sebagai “tanah air kaum Yahudi” dan “tanah yang dijanjikan Tuhan”. Inilah pangkal mula kenapa tanah Palestina terus dibanjiri air mata dan darah sampai saat ini.

Konspirasi Zionis terhadap bangsa Palestina bermula dari tahun 1621 C.E, tiga abad sebelum Janji Balfour. Yaitu disaat buku yang berjudul “Kebangkitan Besar Dunia” (The Great Revival of the World) yang ditulis oleh Henry Fish, seorang Yahudi menyerukan kepada seluruh keturunan Yakub yang hidup dalam diaspora untuk kembali ke Palestina guna membangun Negara yang dapat meredupkan seluruh bangsa-bangsa dunia. Selain itu, seorang Rabbi yang bernama Zeimy Hersh Calisher (1795-1874) menerbitkan buku karyanya yang berjudul, “Mencari Zion” (The Search for Zion). Di sini Zeimy menegaskan bahwa bekerja di tanah suci adalah suci dan sakral. Maka dari itu ia menganjurkan semua orang Yahudi untuk datang dan bermukim di Palestina. Kemudian, Moses Hess (1812-1875) mempublikasikan buku yang berjudul, Roma dan Jerusalem pada tahun 1862. Di dalam buku ini ia menandaskan suatu fakta bahwa percampuradukan Yahudi dalam komunitas-komunitas lokal bukanlah suatu solusi praktis bagi persoalan yang dihadapi mereka. Yahudi berserakan, putus asa, disiksa dan hidup hina dina sebagai manusia. Ia menambahkan bahwa ras Yahudi merepresentasikan suatu bangsa Yahudi yang tersendiri dan ia menyerukan agar Yahudi dapat merestorasi kehidupan nasional mereka dan mendirikan koloni-koloni di atas tanah suci dengan bantuan dan dukungan Prancis. Setelah Napoleon berhasil menginvasi Mesir dan Syria, sang pemimpin Prancis telah meminta kepada orang Yahudi untuk berimigrasi ke Palestina dan untuk mendirikan Negara independen serta mengembalikan kegemilangan masa lalu mereka di Palestina. Akhirnya, Theodore Hertzl (1860-1904) menjadi agak tersohor dalam ideologi Yahudi di saat ia menulis bukunya yang berjudul “Negara Yahudi” di kota Berlin pada tahun 1896, di mana Hertzl mengajak kepada kaumnya untuk mengembalikan Negara Yahudi. Ia bekerjasama dengan Heim Wiseman untuk mengadakan Konferensi Zionis di Basel, Swiss pada tahun 1897. Pada awalnya ia tidak mematok pendirian Negara Yahudi ini di Palestina, tapi itu dianggap perlu untuk menggalang Yahudi dari seluruh dunia agar mau berkumpul di sekitar Gunung Zion sesuai dengan prinsip-prinsip Zionis. Akhirnya, mereka memilih Palestina untuk menjadi tempat bagi pendirian Negara ini. Konferensi itu berhasil mendirikan Negara nasional Yahudi di Palestina yang terjadi setelah berhasil mendirikan Gerakan Zionis.

Ini perlu untuk membedakan antara teologi Zionisme dan kebijaksanaan Zionisme. Karena yang pertama berhubungan dengan sisi spiritual gerakan Zionisme yang menjelmakan diri dalam mimpi untuk kembali ke Zion—Tanah yang Dijanjikan—Sebagaimana telah diserukan oleh Yahudi sejak mereka ditawan di Babylon pada tahun 586 S.M. Paradigma ini telah dihidupkan kembali di zaman modern Rusia dan Eropa Timur pada abad 19, karena Yahudi betul-betul didera siksaan yang sangat.

Pada sisi lain, Zionisme politis muncul di daratan Eropa Barat yang menekankan perlunya untuk membentuk Negara Yahudi, oleh karena itu gerakan ini menjadi bentuk baru dari nasionalisme bangsa Yahudi. Zionisme politis menggunakan keimanan Yahudi dalam upaya realisasi tujuan-tujuan mereka dalam membangun Negara Yahudi yang berdasarkan pada ajaran-ajaran Perjanjian Lama (kitab Taurat). Kitab ini menggambarkan bahwa bangsa Yahudi adalah manusia pilihan Tuhan khususnya dalam sumpah Tuhan kepada Ibrahim : “Kepada para keturunanmu Aku telah berikan tanah ini yang membentang dari Sungai Mesir (Nil) hingga sampai ke Sungai Besar (Efrat).” Diktum ini dijadikan sebagai landasan pijak ajaran Zionisme. Heim Wiseman, Presiden Pertama Israel, setelah berdirinya Negara Israel pada tanggal 15 Mei 1948 mengatakan bahwa naluri agama adalah esensi dari Zionisme dan sebaga sumber kekuatannya. Hal ini dikarenakan Zionisme berdasarkan pada tradisi Yahudi dan keimanan mereka. Di samping itu juga pada keyakinan kuno Yahudi yang muncul dalam tahapan awal kehidupan Yahudi di mana mereka benar-benar hidup bebas. Itu menjadi jelas bahwa Zionisme politis telah dipergunakan dan ditanamkan untuk menjadi bagian dari ajaran agama Zionisme dalam upaya mewujudkan target-target politis guna mendirikan Negara Yahudi. Dua pengertian dari Zionisme ini bercampuraduk dan diorganisir secara apik oleh para pimpinan Zionis, khususnya Herzl. Lebih dari itu, sisi dari Zionisme itu masing-masing menegaskan bahwa Jerusalem adalah kunci dari segala upaya mereka. Herzl mengatakan bahwa ia akan menghancurkan segala sesuatu kecuali permukiman Yahudi yang berada di Jerusalem bila saja ia berkeinginan untuk tinggal di kota itu. Dari sini timbul kabar burung tentang upaya penghancuran Masjid Al Aqsa dengan maksud untuk membangun apa yang disebut dengan Haikal Sulaiman (Solomon Temple) tepat di atas reruntuhan Masjid tersebut.


Seluruh pimpinan Zionis dari Ben Gurion hingga Netanyahu (dan sekarang Ehud Olmert) telah menandaskan bahwa Jerusalem adalah kota penting dalam ideologi Zionis guna membangun Negara Yahudi melalui upaya imigrasi dan membangunan pemukiman. Sejak saat itu, zionisme dikenal sebagai gerakan politis yang rasial dan bertujuan untuk mengumpulkan seluruh bangsa Yahudi dari semua penjuru dunia untuk mendirikan Negara Yahudi mereka di Palestina. Langkah ini dengan cara membangun perumahan dan pemukiman baru Yahudi yang didukung oleh kekuatan-kekuatan Zionis dengan motto : “Tanah yang tidak berpenduduk untuk rakyat yang tidak bernegara.” Lebih dari itu, Zionisme dapat didefinisikan sebagai trend agama imperial yang ekstrim yang diyakini oleh Yahudi ekstrimis untuk menjadikan dunia secara keseluruhan di bawah kekuasaan para pengikut Daud. Keyakinan ini sesuai dengan apa yang tercantum di dalam Perjanjian Lama dan membuat seluruh manusia sebagai pelayan kaum Yahudi sesuai dengan keprotokolan Para Mereka Yang Bijak, Zionis. Ini menjustifikasi Yahudi untuk membunuh orang Non-Yahudi. Untuk meraih apa yang sudah menjadi tujuan-tujuan mereka, Zionisme berpegak teguh pada Machiavellianisme (Tujuan Menjustifikasi Semua Cara). Maka dari itu Zionisme menggunakan metoda setan, berdarah dan licik, tanpa memandang sisi moralitas untuk mencaplok Palestina dan khususnya Jerusalem. Metodologi ini telah dipergunakan untuk menjustifikasi seluruh pertumpahan darah dan kekerasan yang telah dilakukan dalam membantai bangsa Palestina sejak munculnya Negara Yahudi Israel pertama kali. Kesimpulan definisi Zionisme dan sikapnya terhadap Palestina dan Jerusalem yang menguak kedengkian yang menggoda dalam hati kaum Yahudi. Hal ini disebabkan oleh nasib mereka yang terus diusir oleh bangsa-bangsa lain seperti orang Babylonia dan Romawi, penyiksaan mereka secara politis di Eropa, di mana mereka dahulu hidup di lokasi privat yang disebut dengan Ghetto di daratan Eropa Timur. Sebagai contoh, pada suatu saat ketika pejabat Yahudi dituduh dengan berkhianat di Prancis dan penyiksaan dilakukan oleh Nazi di Jerman terhadap seluruh Yahudi. Namun, Zionisme tidak melampiaskan kebencian dan rasa permusuhannya pada daratan Eropa di mana mereka selalu tersiksa, tapi sebaliknya mereka gantungkan harapan kepada Eropa untuk meminta bantuan dan dukungan untuk mencaplok Palestina, khususnya Jerusalem. Ini dilakukan dengan cara mengusir bangsa Palestina dari negeri leluhur mereka ke berbagai pelosok dunia. Akhirnya, tujuan-tujuan yang dicita-cita oleh Zionisme semakin menjadi jelas kepada setiap orang :

1. Mengumpulkan bangsa Yahudi dari seluruh pelosok dunia.
2. Memelihara pilar-pilar Negara Yahudi dan begitu juga halnya dengan keamanan.
3. Memperluas wilayah regional melalui perluasan pemukiman dengan target untuk membangun Israel Raya dan dengan ibukotanya, Jerusalem.
4. Menguasai wilayah Timur Tengah.

Untuk mencapai tujuan dasar yaitu mendirikan negera Yahudi, rancangan-rancangan Zionis diterapkan dalam dua langkah. Langkah pertama yaitu kolonialisasi internal Palestina dengan termasuk menggalakkan imigrasi dan pembelian tanah untuk pembangunan pemukiman serta perumahan Yahudi. Kedua adalah kolonialisasi eksternal Palestina dengan cara meraih dukungan dari kekuatan-kekuatan dunia serta mendapatkan pengakuan Negara Yahudi di Palestina secara internasional dengan cara membangun Negara yang dilindungi oleh lembaga internasional.

Keruntuhan Kekuasan Ustmaniyah :
Setelah orang-orang Ustmaniyah berhasil mengalahkan bangsa Mamluk di Marj Dabeq di dekat kota Aleppo pada tahun 1516, mereka berkuasa di Palestina selama 4 abad hingga datanglah masa imperialisme modern. Hal ini sesuai dengan kesepakatan Sikes-Picot yang ditandatangani oleh Inggris dan Prancis pada tahun 1916 serta Janji Balfour yang dikeluarkan pada tanggal 2 Nopember 1917.

Aksentuasi tulisan ini akan diberikan pada penggalan terakhir masa tersebut yang menjadi masa akhir dari kekuasaan Ustmaniyah dan permulaan zaman imperialisme modern pada akhir abad ke 19 M dan permulaan abad ke 20. Pada masa ini agresi-agresi Zionis terhadap hak-hak Arab di Palestina menjadi semakin nampak jelas dan lebih serius, dengan maksud untuk membangun Negara Yahudi yang didasari oleh dua tingkatan yang telah disebutkan di atas. Kelompok pertama yang berimigrasi ke Palestina dan koloni pertama yang dibangun terjadi pada tahun 1882. Tapi imigrasi secara teroganisir dengan baik mulai dilakukan secara resmi langsung setelah Konferensi Basle pada tahun 1897 di saat persoalan Yahudi menjadi permasalahan nasional. Tujuan utamanya adalah untuk mendirikan Negara nasional bagi bangsa Yahudi dengan segala cara. Maka dari itu, Konferensi telah menentukan tujuan-tujuan kolonial bagi Yahudi di Palestina sebagai berikut :

1. Berencana untuk menjajah Palestina dengan cara para pekerja pertanian dan industri sesuai dengan prinsip-prinsip tertentu.
2. Mengorganisir ajaran Judaisme internasional dan menghubungkannya dengan organisasi-organisasi serupa sesuai dengan peraturan dan undang-undang setempat.
3. Meningkatkan jiwa kesadaran dan perasaan partriotik Yahudi.
4. Melakukan prosedur praktis yang perlu untuk mendapatkan pengakuan pemerintah guna mencapai cita-cita Zionis.
5. Menciptakan standar komunikasi resmi bahasa Ibrani di seluruh dunia.

Tujuan-tujuan ini membuktikan bahwa Zionisme dirancang oleh individu-individu yang berakal licik dan pintar yang telah mentransformasikan Zionisme dari sekedar trend agama menjadi gerakan politik dan mengkhususkan wilayah Palestina sebagai wilayah nasional Yahudi. Lebih dari itu, hal itu telah menetapkan metoda-metoda kolonialisasi dengan menggunakan para pekerja pertanian dan industri, di samping dengan menggairahkan semangat patriotic Yahudi, menekankan pentingnya bahasa dan kultur Yahudi.

Adapun hal yang berhubungan dengan fase/tingkat kedua, gerakan Zionis telah menjalin hubungan yang mesra dengan Negara-negara kuat di Eropa pada masa itu, seperti Jerman, Rusia, Prancis dan Inggris serta begitu juga halnya dengan kerajaan Ustmaniyah. Karena Palestina masih berada di bawah kekuasaan Ustmaniyah. Herzl mengirim delegasi kepada kaisar Ustmaniyah, Sultan Abdul Hamid II. Delegasi ini mengadakan negosiasi dengan sultan untuk memberikan izin kepada Yahudi berimigrasi ke Palestina. Untuk mencapai apa yang dimaksud, mereka merayu sultan dengan menawarkannya sejumlah uang yang banyak dan akan melunasi hutang-piutang kerajaan Ustmaniyah. Namun Sultan tetap saja kokoh berpendirian dengan mengatakan : “Katakan kepada Dr.Herzl bahwa Palestina bukanlah harta pribadi saya namun itu adalah milik semua umat Islam di dunia. Dengan demikian saya tidak dapat menyerahkan bagian manapun dari wilayah tersebut, walaupun itu harus merenggut nyawaku. Karena umat Islam telah mendudukinya dan menggenangi tanahnya dengan tetesan darah mereka. Kemudian sultan memerintahkan bahwa delegasi harus segera dikeluarkan.

Selanjutnya, Sultan mengeluarkan perintah untuk melarang imigrasi Yahudi ke Palestina. Sebagai respon sikap Sultan ini, Zionis berkolaborasi dengan Partai Turki “Al Itehad Wattaraqy” yang berupaya untuk menggulingkan Sultan pada tahun 1908 agar dapat mengizinkan bangsa yahudi berimigrasi ke Palestina. Akhirnya Kekhalifaan Islam dibubarkan oleh Mustafa Kamal Ataturk pada tahun 1924 yang berhasil mentransformasikan Turki menjadi sebuah Negara sekular yang berhubungan erat dengan Barat. Dan Zionis bekerjasama dengan Inggris untuk mewujudkan cita-cita mereka mendirikan Negara Yahudi di Palestina.

Mandat Inggris :
Masing-masing kepentingan Zionis dan Inggris berpadu dan bertemu di Timur Tengah. Zionisme menghentikan ide mendirikan Negara Yahudi di Uganda sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Konferensi Zionis Keenam yang diadakan pada tahun 1903. Zionisme bersikeras menjadikan Palestina sebagai pilihan final untuk mendirikan negara Yahudi yang telah diakui oleh undang-undang dasar. Konsekuensinya, Inggris memperluas wilayah koloninya dengan cara menguasai banyak negara-negara bagian dari kerajaan Ustmaniyah, khususnya setelah Perang Dunia Pertama pecah pada tahun 1914, dan dengan menandatangani beberapa perjanjian dan kesepakatan. Kerajaan Ustmaniyah dikenal sebagai “Orang Sakit” di mana warisan kejayaannya harus dipecah oleh negara-negara kuat Eropa. Dengan dukungan pihak Zionis kepada Inggris semasa Perang Dunia Pertama, Inggris akhirnya mengeluarkan Janji Balfour satu tahun setelah kesepakatan Sikes-Picot. Janji ini dengan tujuan untuk mewujudkan mimpi-mimpi Zionis untuk membangun Negara Yahudi yang bertentangan dengan kepentingan dan aspirasi bangsa Arab. Rencana ini berlangsung di tengah surat menyurat yang berjalan intensif antara Sharif Hussein ibn Ali dan MacMahon di Inggris yang menjanjikan untuk membangun Negara Kesatuan Arab yang merdeka di Timur, termasuk Palestina.

Akhir perkembangan ini, ada konspirasi yang berlangsung untuk mengeluarkan Palestina dari jajaran negara Arab yang sudah menjadi isu internasional sebagai langkah awal mendirikan negara Yahudi di bawah Mandat Inggris. Ini terjadi di saat Inggris menjajah Palestina dengan pengesahan dari Liga Bangsa-bangsa. Dan ini berlanjut ke langkah berikutnya yang berakhir pada pendirian negara Yahudi sesuai dengan resolusi divisi Perserikatan Bangsa-bangsa pada tahun 1947.

Perlu untuk disebutkan bahwa laporan Camppel Banreman memainkan peranan penting dalam kebijakan-kebijakan imperial Inggris yang berhubungan dengan rencana-rencana Zionis. Karena itu menentang rencana mendirikan negara Arab Serikat. Laporan ini juga merekomendasikan pemisahan dunia Arab menjadi dua bagian : satu bagian di Afrika dan lainnya di Asia dengan cara menciptakan negara antagonis yang kuat terhadap masyarakat lokal di dekat Terusan Suez. Maka dari itu, Menteri Luar Negeri Inggris menandaskan situasi ini di saat ia mengatakan : “Inggris menganggap pendirian negara Yahudi di Palestina sebagai peluang yang baik untuk mengembangkan kebijakan Inggris di wilayah tersebut. Ini akan dapat mempermudah kita mempertahankan Terusan Suez di utara, dan negara ini akan menjadi tempat yang strategis.” Pada sisi lain, Churchill menekankan bahwa pendirian Negara Yahudi di tepi sungai Jordan di bawah perlindungan Mahkota Kerajaan Inggris terjadi karena sejalan dengan kepentingan vitalnya di wilayah tersebut. Ini menguak peranan signifikan Inggris dalam menyokong rencana-rencana Zionis dan mempersiapkan negara Yahudi di Palestina dengan Jerusalem sebagai ibukotanya. Ini merupakan kunci dukungan dalam mewujudkan tujuan-tujuan imperial Inggris yang vital dan dilakukan dengan cara mengeluarkan Janji Balfour dan pemerintahan Mandataris Inggris di Palestina. Berikutnya, Amerika Serikat mengambil alih posisi Inggris dalam melindungi maslahat Zionis dan begitu juga halnya dengan Kongres Amerika yang mengakui masing-masing Janji Balfour dan Mandataris Inggris di Palestina. Setelah itu, Inggris mendirikan konsulat Barat pertama di Jerusalem pada tahun 1839 untuk mensponsori kepentingan-kepentingan Yahudi di Palestina.

Janji Balfour adalah dokumen pertama Inggris yang memberikan dukungan kepada rencana-rencana kolonial Yahudi di Palestina untuk mendirikan Negara nasional Yahudi. Menteri Luar Negeri Inggris, Balfour mengeluarkan pernyataan politik pada tanggal 2 Nopember 1917 dalam bentuk surat kepada Lord Rutchild, selaku representative Federasi Zionis. Dalam surat ini, Balfour mengatakan : “Pemerintahan Paduka Yang Mulia Sang Ratu, bersimpati dengan rencana pendirian negara nasional Yahudi di Palestina. Dan kami dalam melakukan yang terbaik untuk memfasilitasi misi ini dengan tetap memperhatikan hak-hak relijius dan sipil komunitas lain di Palestina atau status politis Yahudi di negara-negara lain. Kendati Janji ini dijelaskan dalam bentuk janji seseorang yang tidak memiliki sesuatu kepada orang yang tidak memiliki hak-hak. Janji ini memberikan gerakan politik Zionisme suatu konsep Negara Yahudi yang dirancang oleh Piagam Mandataris yang diselubungkan sebagai negara nasional Yahudi. Akibatnya banyak agresi Zionis terhadap hak-hak Arab baik di Palestina dan Jerusalem terjadi. Secara internasional, Janji Balfour menggambarkan bangsa Arab di Palestina sebagai komunitas non-Yahudi dan menganggap Yahudi sebagai putra pribumi Palestina serta bangsa Arab adalah orang asing. Hal itu juga menegaskan hak-hak sipil dan agamis dengan mengesampingkan hak-hak politik yang secara efektif dapat mengikis identitas Arab Palestina dengan maksud untuk mempersiapkan negara Yahudi. Yang berhubungan dengan Piagam Mandataris Inggris yang telah disiapkan untuk pembangunan negara Yahudi selama 30 tahun sebelum resolusi pembagian pada tahun 1947. Hal itu juga telah disahkan oleh Liga Bangsa-bangsa pada bulan September 1922. Piagam ini melegalisasi negara Yahudi dengan menitikberatkan hubungan historis Yahudi dengan Palestina. Piagam ini menjadikan Arab harus kehilangan representasi hak-hak politik di pemerintahan Inggris, sementara di lain pihak hal itu mengakui Lembaga Yahudi sebagai representasi dan rujukan seluruh Yahudi di dunia. Organisasi ini dianggap sebagai lembaga konsultatif dalam bidang ekonomi dan peranan sosial yang pada tahapan berikutnya bertujuan untuk mendirikan negara Yahudi dengan cara imigrasi dan berinvestasi di sektor permukiman umum dengan tidak membahayakan kelompok lain sesuai dengan pasal 6. Pada bagian lain, Pasal 22 menganggap Ibrani sebagai salah satu dari bahasa resmi di samping bahasa Arab dan Inggris. Sementara itu Pasal 23 memberikan hari-hari libur Yahudi walaupun jumlah populasi mereka kurang dari 7%.

Para pejabat Mandat Inggris sangat jujur dalam realisasi Janji Balfour. Maka mereka mengambil langkah prosedural yang praktis di mana agresi-agresi pertama Zionis terhadap hak-hak bangsa Arab di Palestina termasuk Jerusalem berlangsung di bawah perlindungan pemerintah Inggris. Konspirasi bermula di saat Jenderal Allenby memasuki Jerusalem pada tahun 1918, setelah ia menduduki Palestina untuk menandai keruntuhan kerajaan Utsmaniyah. Penjajahan ini disahkan oleh Liga Bangsa-bangsa dengan sebuah deklarasi di dalam Piagamnya pada tahun 1922.


Sementara itu, Herbert Samuel, yang merupakan representative Inggris pertama di Palestina mengumumkan bahwa ia datang ke Palestina untuk menjalankan perintah-perintah dan prosedus-prosedur dalam upaya mendirikan negara Yahudi sesuai dengan Janji Balfour. Dengan demikian administrasi Inggris di Palestina mengadopsi kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur berikut ini untuk menjamin pendirian negara Yahudi.

1. Meningkatkan imigrasi Yahudi ke Palestina agar dapat menyamakan keseimbangan jumlah mereka dengan penduduk Palestina. Karena jumlah total orang Yahudi adalah 50 ribu (8%) pada awal pemerintahan Mandat Inggris. Jumlah ini bertambah menjadi 70 ribu (33%) di saat Inggris meninggalkan Palestina pada tahun 1948.
2. Membeli atau merampas tanah yang diperlukan untuk membuatkan rumah bagi Yahudi baru dengan cara membangun koloni pertanian. Pada tahun 1945, Yahudi mengelolah 160 ribu hektar yang menjadi lebih mudah karena penegakan undang-undang dan peraturan Inggris. Khususnya pajak tinggi dibebankan kepada para petani Palestina yang dipaksa untuk menjual tanah mereka.
3. Dukungan financial secara utuh bagi bangsa Yahudi melalui penggalangan danah dan donasi dengan tujuan untuk membeli tanah dan membangun proyek-proyek yang dianggap perlu. Program ini berjalan dengan dukungan dari Inggris dan organisasi-organisasi Zionis di seluruh dunia.
4. Menunjuk para Zionis ektrim untuk menduduki posisi penting dan memberikan mereka investasi yang signifikan dan vital seperti suplai tenaga listrik di Jerusalem untuk masa 70 tahun yang akan datang dan proyek investasi di Laut Mati.
5. Mengizinkan orang Yahudi untuk membawa senjata dengan alasan untuk pembelaan diri, terutama setelah timbulnya gerakan perlawanan bangsa Palestina di tahun 1920 dan secara khusus Al Buraq pada tahun 1929. Hal ini membolehkan bangsa Yahudi untuk membangun kekuatan bersenjata dengan pengawasan dari para pembesar militer Inggris yang terlatih.
6. Pada tataran politik, Inggris tidak membolehkan bangsa Palestina untuk mengurus diri mereka sendiri atau bahkan untuk membentuk sesuatu seperti lembaga legislative, selama mereka sebagai mayoritas. Tapi revolusi pada periode 1935-1936 mendorong Inggris untuk membentuk Komite Bill pada tahun 1937 yang merekomendasikan pemecahan Palestina dalam dua negara. Pertama wilayah bagi Palestina dan yang satunya lagi buat bangsa Yahudi. Maka dari itu, isu Palestina dirujukkan pada Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan pada tahun 1945 setelah Perang Dunia Kedua telah dimulai.

sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Zionisme
http://laodesabaruddin.wordpress.com/2009/01/07/sejarah-pendudukan-zionisme-israel-terhadap-yerusalem-palestina/
http://www.beranibeda.com/self-development/42-self-development/225-sejarah-zionisme-bagus
http://konspirasi.com/sejarah/zionisme-freemasonry/
http://www.nfbs.or.id/?q=topik/artikel/30/04/2009/selintas-sejarah-yahudi-dan-zionisme

Tuesday, June 1, 2010

Marah Bikin Cepat Mati



Kalau ada yang masih bangga saat marah, apalagi merasa keren bisa memarahi orang. Anda harus baca ini !

Saat kita marah, kita mengaktifkan beberapa kelenjar dalam tubuh. Hal ni menyebabkan limpahan adrenalin dan beberapa kawanan hormon stress yang lain.

Efek paling nyata ya muka kita menjadi merah, tekanan darah menjadi sangat tinggi, nada suara kita menjadi meninggi, pernafasan menjadi cepat dan ngos-ngosan, detak jantung tidak teratur, dan otot-otot diseluruh tubuh menjadi tegang.

Sebenarnya keadaan marah buat tubuh kita sangat tidak enak bukan ?

Kalau kita sering marah, maka keadaan diatas terjadi terus menerus pada tubuh kita. Akibatnya, mulai deh masalah-masalah kesehatan jadi timbul pada tubuh kita.

Bagaimana tidak jadi penyakit-penyakit datang, kalau detak jantung selalu cepat dan tidak teratur, disertai otot – otot tubuh yang selalu terus menegang ??

Penyakit-penyakit yang timbul antara lain, tekanan darah tinggi, stroke, penyakit jantung, maag, dan sebagainya.
Related Posts with Thumbnails
 

About

Text

Recycle Posts Copyright © 2009 Communityiwanul