IM

Wednesday, May 26, 2010

BINTORO DEMAK

Kenapa demak menjadi begitu penting pada masa itu?
Pada mulanya Demak adalah vasal dari kerajaan Majapahit, Wilayah itu d pimpin oleh raden Patah. Berdasarkan Babad Tanah jawi dan Purwaka Caruban ing Nagari, raden Patah adalah keturunan Brawijaya V dengan putri Campa. semasa kecil ia diasuh Oleh Arya Damar di Palembang.
Setelah Majapahit di serang oleh Girindrawardana maka kekuasaannya menjadi semakain lemah. Daerah daerah keuasaan majapahit kemudian terpecah-pecah dan ingin berdiri sendiri serta mengaku menjadi penerus tahta Majapahit. Akhirnya persaingan-persaingan itu di menangkan oleh Demak yg berhasil menghancurkan dinasti kediri yg menguasai Majapahit kala itu. Demak kemudian memboyong pusaka-pusaka majapahit dan secara resmi menjadi penerus tahta kerajaan Majapahit.
Demak dengan cepat berkembang menjadi bandar penting di laut utara jawa, mampu me-ekspor beras ke luar negri, baik ke wilayah timur maupun malaka. Posisi strategisnya juga sangat penting di tengah-tengah jalur perdagangan maluku-malaka. Kerajaan demak lebih dikenal sebagai kerajaan Islam pertama di jawa dan kerajaan maritim yg sangat kuat.

Demak mengirimkan pasukannya ke malaka untuk mengusir Portugis yg telah menadar pada tahun 1511, pasukan ini di pimmpin oleh putra raden patah, yaitu Adipati Unus. Untuk menopang penghadangan pasukan portugis maka selain sebagai bandar dagang, jepara juga di jadikan pangkalan laut demak. peperangan ini akhirnya di menangkan oleh potugis, tapi usaha demak untuk mencegah ekspansi potugis berhenti. Demak terus berupaya membendung ekspansi portugis di laut jawa, setiap kapal potugis yg melewati laut jawa selalu di hadang oleh pasukan demak. Jadi Jawa relatif tidak dimasuki oleh potugis, Portugis lebih memilih melewati utara kalimantan trus ke sulawwesi dan maluku.

Wednesday, May 12, 2010

Pemancar Radio Pertama di Indonesia Sepanjang 2KM : Malabar tempat terkenal di dunia

Gunung Puntang merupakan bagian dari rangkaian pegunungan Malabar. Di kawasan ini terdapat bumi perkemahan yang dikelola oleh pihak Perhutani. Udara yang sejuk pada ketinggian 1290 m, sungai yang jernih ditambah dengan paduan pohon pinus yang tumbuh alami, memberikan kedamaian tersendiri saat berada di lokasi. Keindahan panorama sekitar kawasan ini sudah bisa dinikmati sepanjang perjalanan semenjak dari persimpangan jalan Banjaran-Pangalengan dan jalan Gunung Puntang. Saat tiba di gerbang Perhutani, sempatkan waktu berhenti sejenak untuk melihat hamparan Plato (lempengan) Bandung dari ketinggian. Kabarnya, di musim penghujan, area Malabar merupakan salah satu daerah konsentrasi hujan.
Untuk masuk ke areal perkemahan, dikenakan biaya yang relatif murah. Tiket perorangan 4000 rupiah per hari, sewa lahan per 3 orang 2500 rupiah, sepeda motor 1000 rupiah, sedan/minibus 3000 rupiah sedangkan bus/truk 5000 rupiah. Selain berkemah, aktifitas-aktifitas outdoor seperti forest tracking atau sekedar main air di kali yang jernih dapat menjadi pilihan bagi pengunjung. Sebuah air terjun dengan ketinggian sekitar 100 meter dapat menjadi target alternatif dengan cara melakukan perjalanan selama 2 jam menembus hutan. Untuk mencapai lokasi Curug Siliwangi ini, sebaiknya menggunakan jasa pemandu arah setempat agar tidak tersesat.

Lahan perkemahan yang ada di kawasan ini cukup nyaman. Sudah tersedia fasilitas MCK (sayang, kurang terurus), rumah kecil milik perhutani (cabin) yang bisa disewa (cukup mewah untuk ukuran “anak gunung”), dan yang paling penting, beberapa warung juga tersedia! Bahkan fasilitas listrik juga sudah masuk.
Tidak hanya menawarkan wisata alam yang menyejukkan hati, dikawasan ini terdapat sebuah objek wisata sejarah peninggalan bangsa Belanda yang cukup unik. Pada tahun 1923 area ini merupakan suatu lokasi yang sangat terkenal di dunia karena terdapat sebuah stasiun pemancar radio Malabar yang dirintis oleh Dr. de Groot. Sebuah pemancar radio yang sangat fenomenal dikarenakan antena yang digunakan untuk memancarkan sinyal radio memiliki panjang 2Km, membentang diantara gunung Malabar dan Halimun dengan ketinggian dari dasar lembah mencapai 500 meter. Sulit untuk dibayangkan bagaimana cara mereka membangun dengan menggunakan teknologi yang ada pada masa tersebut.
Foto Bangunan Tempat Radio Malabar Berada

Pada saat berdirinya International Amateur Radio Union (IARU) tahun 1925, wilayah nusantara masih dikuasai oleh Belanda, dan pada saat itu tengah berkecamuk Perang Dunia Pertama. Pada saat itu, komunikasi antara Netherland dengan Hindia Belanda (julukan untuk wilayah Nusantara) hanya mengandakan saluran kabel Laut yang melintas Teluk Aden yang dikuasai oleh Inggris.

Timbul kekhawatiran Belanda atas saluran komunikasi tersebut, mengingat Inggris terlibat dalam Perang Dunia Pertama tersebut sedangkan Belanda ingin bersikap netral. Oleh karenanya, dilakukanlah berbagai percobaan dengan menempatkan beberapa stasiun relay di Malabar, Sumatra, Srilangka dan beberapa tempat lagi.

Foto Pemancar Radio Malabar yang sangat besar
Foto Pemancar Radio Malabar yang sangat besar

Radio Malabar, berdiri tanggal 5 Mei 1923, merupakan pemancar yang menggunakan teknologi arc transmitter terbesar di dunia. Tampak pada gambar samping adalah dua buah arc transmitter yang besar dengan kekuatan 2400kW yang dibuat oleh Klaas Dijkstra yang bekerja untuk Dr. Ir. De Groot. Input power pemancar Radio Malabar adalah 3,6 MegaWatt dan bekerja pada frekuensi 49.2kHz dengan panjang gelombang 6100m dengan menggunakan callsign PMM. Daya untuk pemancar Radio Malabar dibangkitlan oleh sebuah pembangkit tenaga air buatan Amerika yang terletak di Pengalengan dengan tegangan 25kV.

Foto Pemancar Radio Malabar yang sangat besar

Radio Malabar merupakan cikal bakal amatir radio di Indonesia dan merupakan radio pertama di Indonesia untuk komunikasi jarak jauh. Frekuensi yang digunakan masih sangat rendah dalam panjang gelombang sangat panjang, tidak mengherankan jika [[antenna]] yang digunakan harus dibentangkan memenuhi gunung Malabar di Bandung Selatan. Sisa-sisa Radio Malabar masih terdapat di sana, yaitu berupa tiang-tiang antena-antena besar dan tinggi di tengah hutan.


Skema Antenna Radio Malabar Yang Meliputi Gunung

Pada tahun 1925, Prof. Dr. Ir. Komans di Netherland berhasil melakukan komunikasi dengan Dr. Ir. De Groot yang menggunakan Radio Malabar di Pulau Jawa. Kejadian ini merupakan titik tolak masuknya Komunikasi Radio di Indonesia, dan Pemerintah Hindia Belanda mendirikan B.R.V. (Batavian Radio Vereneging) dan NIROM.

Para teknisi yang bekerja di kedua instansi ini umumnya adalah orang Belanda dan ada beberapa Bumi putra, terus menekuni sistem komunikasi radio dengan melakukan koordinasi dan eksperimen bersama para Amatir Radio di dunia. Mereka membentuk sebuah perkumpulan yang dikenal dengan nama Netheland Indice Vereneging Radio Amateur (NIVIRA).

Seorang anggota NIVIRA Bumi Putra dengan Callsign PK2MN, memanfaatkan kemampuannya dalam teknik elektronika radio untuk membakar semangat kebangsaan dengan mendirikan stasiun radio siaran yang diberi nama Solose Radio Vereneging (SRV) yang ternyata mendapat simpati rakyat.

Keberhasilan ini ditiru oleh beberapa Anggota NIVIRA Bumi putra dengan mendirikan stasiun radio siaran serupa, antara lain MARVO–CIRVO–VORO–VORL. Pada tahun 1937, mereka bergabung dengan membentuk Persatoean Perikatan Radio Ketimoeran (PPRK). Perhimpunan ini tidak dilarang oleh kolonial Belanda karena dengan banyaknya masyarakat memiliki pesawat penerima radio maka mereka akan dapat memungut pajak radio sebanyak­-banyaknya.

Era pendudukan Jepang di Nusantara telah memusnahkan seluruh perangkat komunikasi radio dan radio siaran yang ada, NIROM dikuasai dan diganti namanya menjadi Hoso Kanry Kyoku, dan kegiatan Amatir Radio dilarang. Akan tetapi, Amatir Radio Bumi Putra tetap berjuang dengan melakukan kegiatan secara sembunyi­-sembunyi guna menunjang perjuangan kemerdekaan dengan membentuk Radio Pejuang Bawah Tanah, dan tak sedikit Amatir Radio yang dipenggal karena dituduh sebagai mata­-mata Sekutu.

sumber :
http://home.luna.nl/~arjan-muil/radio/history/malabar/malabar1.html
http://navigasi.net/goart.php?a=tbpuntng
http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/Image:Radio-malabar-2.jpg
http://www.tribunjabar.co.id/read/artikel/13231/radio-hindia-belanda-terpancar-dari-gunung-puntang
Related Posts with Thumbnails
 

About

Text

Recycle Posts Copyright © 2009 Communityiwanul